top of page
Search

Keindahan dan Biodiversitas Laut Mentawai

  • Writer: Metawai Primate
    Metawai Primate
  • Dec 11, 2024
  • 3 min read

Penulis: Harry Sumartin


Pemandangan Laut di Pelabuhan Sikakap dan Polaga.
Pemandangan Laut di Pelabuhan Sikakap dan Polaga.

Sebagai pengagum keindahan laut, Mentawai merupakan salah satu lokasi tujuan yang sangat ingin saya kunjungi. Bagaimana tidak, di Sumatra Barat, Mentawai selalu menjadi sorotan jika berbicara tentang keindahan laut. Banyak turis tiap tahun nya menjadikan Mentawai sebagai salah satu tujuan wisata, terutama bagi mereka yang hobi berselancar.


Pada akhir bulan September 2024 kami berangkat ke kepulauan Mentawai. Di dermaga saya menyadari ternayata pemandangan disekitar dermaga sangat bersih. Air yang jernih membuat ikan di dalam air terlihat jelas. Disana kami melihat beberapa orang sedang memancing ikan. Ternyata walaupun dermaga dan pelabuhannya terlihat biasa, namun yang menarik adalah kebersihan perairannya. Sore itu kami menikmati pemandangan laut dan disambut dengan sunset, walupun sedikit tertutup awan. 


Esok hari, kami berangkat menuju Sikakap dengan perjalanan laut yang memabukkan selama kurang lebih 3 jam. Sesampainya di Sikakap, hal serupa saya rasakan seperti saat di Tuapejat, Pelabuhan yang cukup biasa. Namun karena cuaca cerah, warna biru air laut tampak sangat indah bagaikan berlian. Walaupun banyak pemukiman di dekat Pelabuhan, namun laut nya tetap terlihat bersih. Setelah itu kami langsung menyeberang dari Sikakap (Pulau Pagai Utara) ke Polaga (Pulau Pagai Selatan) yang hanya berjarak sekitar 1 km menyeberangi sela tantara pulau pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan.


Sesampainya di Polaga, hal yang paling membuat miris adalah melihat masyarakat membuang tumpukan sampah ke laut. Tak senang hati kami melihat hal tersebut. Dalam benak saya berfikir, jika masyarakat disini selalu membuang sampah ke laut, kemana kiranya sampah-sampah tersebut bermuara?, karena tak ada satupun terlihat sampah di lautan, bahkan bisa dibilang bersih dari sampah. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi kegiatan.


Setelah beberapa hari berkegiatan, kami merencanakan untuk pergi memancing ikan ke laut. Tentu saja ini menjadi kesempatan bagus untuk melihat bagaimana laut disini selain di pelabuhan. Perjalanan menuju ke pantai memakan waktu sekitar 30 menit. Kami berangkat dengan menumpang mobil perusahaan kayu dan beberapa membawa motor. Pantai yang kami tuju terletak di sebelah barat pulau pagai Utara berbatas langsung dengan samudera Hindia dan masih termasuk wilayah Administrasi Desa Bulasat.


Selesai merapikan barang dan meletakkan kendaraan, kami menaiki kapal kayu kecil dengan satu mesin yang cukup membawa sekitar 10 orang. Perjalanan pertama kami pergi ke sebuah pulau, yaitu Pulau Saumang. Seperti namanya, di pulau ini banyak ditemukan umang-umang yang dipergunakan nelayan untuk dijadikan umpan pancingan. Setelah mendarat dipulau, kami pun bersama-sama mencari umang-umang. Mereka dapat ditemukan dibawah akar-akar kayu atau di dalam lubang pohon. Hal ini dikarenakan mereka lebih menyukai daerah teduh dan lembab yang tidak terkena air pada siang hari. Sedangkan pada malam hari mereka dapat kita temukan berjalan-jalan di kawasan terbuka. Satu hal yang cukup memprihatinkan, cara menjadikan umang-umang menjadi umpan ikan adalah dengan memecahkan cangkang lalu mengambil bagian tubuh belakangnya yang lunak. Sesudahnya mereka dibiarkan mati dengan sendirinya.


Cukup dengan jumlah umpan yang di ambil, kami pun mulai memancing di tepi pantai. Pantai di pulau ini sangat bersih dan putih seperti memantulkan cahaya dari matahari. Warna laut yang biru juga membuat gradasi yang sangat indah saat menyentuh pantai. Tak ada hal yang lebih menyenangkan bagi penikmat laut selain merasakan sensai pantai dan laut yang asri tanpa sentuhan sampah dan kegiatan manusia. Tak hanya itu, keberadaan ikan karang masih sangat banyak sehingga setiap pancing dilemparkan tarikan dari mereka selalu terasa disetiap lemparannya. Banyak jenis ikan yang kami dapatkan, diantaranya ada ikan Lencam (Lethrinus sp.), ikan kakap merah (Lutjanus sp.), ikan kakatua (Scarus sp.) dan paling banyak kami dapatkan adalah ikan kerapu (Epinephelus sp).


Tampak atas dari Culcita sp.; Tampak bawah dari Culcita sp .; dan Kima (Tridachna sp.) yang sudah dibuka.
Tampak atas dari Culcita sp.; Tampak bawah dari Culcita sp .; dan Kima (Tridachna sp.) yang sudah dibuka.

Usai memancing, terasa ada yang kurang jika tidak melakukan snorkling saat bermain di laut. Sebelum berangkat saya sudah menyiapkan snorkle untuk melihat bagaimana keindahan laut yang ada disini. Dan ternyata benar saja, keberadaan terumbu karang yang ada disini masih segar dan berwarna. Setiap beberapa meter terlihat keberadaan mereka yang cukup rapat dan didominasi oleh jenis (Acroprora spp.). Tak hanya itu, disetiap celah terumbu juga terlihat Bintang ular laut (Ophiuroidea) dengan lengan-lengan panjangnya yang menyerupai ular, serta Bulu babi (Echinoidea) yang didominasi oleh jenis (Diadema setosum) yang menyerupai bola berduri berwarna hitam.


Kisah lengkap Keindahan dan Biodiversitas Laut Mentawai oleh Harry Sumartin dapat Anda baca dibuku 'Wave and Whisper: Stories from the Mentawai Archipelago' SEGERA TERBIT!!!

 
 
 

Komentáře


Contact

​​Dr. Rizaldi

rizaldi@sci.unand.ac.id

Biology Department, Universitas Andalas Limau Manih Campus, Padang, West Sumatera, Indonesia.

Supported by​

UNAND. svg.png
MandaiFA-white.png

Keep in touch

  • Facebook
  • Instagram

© 2024 Primate Conservation Education Program

bottom of page